Saturday, August 13, 2011

Noise, Bising, dan Desah

Adalah suara yang terbentuk dari bermacam-macam frekwensi secara acak yang tidak mempunyai hubungan harmonis antara satu sama lain. Apabila noise ini terlalu kuat maka akan mempengaruhi kejelasan dari suatu musik atau pembicaraan. Dan biasanya akan mengurangi kenyamanan pendengaran.
Level dari kebisingan pendengaran (ambang) rata-rata 40 db. Ambang Pendengaran adalah batas terendah  dari suara yang dapat didengar oleh alat pendengaran manusia yang apabila diukur secara matematik merupakan tekanan suara sebesar 0,00204 dyne cm2 yang sama dengan 0.0002 micro bar.
1 micro bar = 10 –6 atm.
1 bar          = 106 dyne cm2
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z 8106 [IEC60050-801] kosa kata elektro-teknik Internasional Bab 801: Akustikal dan elektroakustik)”. Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan dianggap istimewa dalam hal :
  1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, dan
  2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).
Mengenai karakteristik [1] di atas, ada masalah mengenai bagaimana menempatkan kebisingan antara tingkat penilaian subjektif seorang individu yang menangkapnya sebagai “kebisingan” dan tingkat fisik yang dapat diukur secara obyektif. Dengan karakteristik [2], tidak ada perbedaan jelas antara siapa agresornya dan siapa korbannya, sebagaimana yang sering terjadi ada korban-korban dari kebisingan akibat piano dan karaoke. Meskipun jumlah keluhan yang terdaftar di kota-kota besar selama beberapa tahun terakhir ini telah berkurang, kebisingan masih merupakan bagian besar dari keluhan-keluhan masyarakat.
Apabila keyboard dari piano ditekan, seseorang menangkap “nyaringnya”, “tingginya” dan “nada” suara yang dipancarkan. Ini adalah tolak ukur yang menyatakan mutu sensorial dari suara dan dikenal sebagai “tiga unsur dari suara”.
Sebagai ukuran fisik dari “kenyaringan”, ada amplitude dan tingkat tekanan suara. Untuk “tingginya” suara adalah frekwensi. Tentang nada, ada sejumlah besar ukuran fisik, kecenderungan jaman sekarang adalah menggabungkan segala yang merupakan sifat dari suara, termasuk tingginya, nyaringnya dan distribusi spektral sebagai “nada”.
Dikatakan bahwa batas perbedaan suara yang bisa terdengar oleh rata-rata orang adalah 20 – 20,000 Hz, tetapi bisa terdengarnya tersebut tergantung pada frekwensi. Tes-tes (hearing) psikiatris menghasilkan Garis bentuk Kenyaringan seperti yang tampak pada Gb. 1-3. Kurva menggunakan 1000 Hz dan 40 dB sebagai referensi untuk suara murni dan mem-plot suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang bisa terdengar dari kenyaringan yang sama pada berbagai frekwensi.
Seperti diperlihatkan pada gambar, kenyaringan suara yang diterima oleh telinga manusia bervariasi karena dua sifat-sifat fisik yaitu tingkat tekanan suara dan frekwensi. Bahkan dalam lingkup yang bisa terdengar, frekwensi-frekwensi rendah dan tinggi sulit untuk ditangkap. Dibutuhkan kepekaan tinggi pada lingkup 1 – 5 kHz.
Apabila tingkat kenyaringan dari suatu suara dikurangi, pada suatu titik tertentu, suara tidak lagi terdengar. Tingkat ini juga berbeda sesuai dengan frekwensi. Tingkat ini diindikasikan sebagai tingkat minimum yang bisa terdengar (garis titik-titik) pada Gb. 1-3. Tingkat minimum yang bisa terdengar pada 20 dB atau lebih dipandang sebagai kesulitan pendengaran.

No comments: